Minggu, 24 September 2017

Bangun Jiwa Intelektualitas yang Humanis


Intelektual akan tiada guna, tanpa ada rasa humanis, hanya menciptakan kebobrokan dalam kepintaran manusia yang apatis terhadap realita manusia, yang menganggap manusia intelektual berkuasa akan manusia yang lagi menderita, sehingga  manusia bisa menunjukan integritas sebagai manusia dengan rasa humanisme.

Pada zaman modernitas manusia akan lupa akan realitas kehidupan lupa akan dirinya, jika ada oknum manusia yang hanya mengasah inteletual dan membaca buku-buku yang sangat banyak, mempercerdas diri dan menjadikan manusia yang hanya bisa memperkaya dirinya sendiri tanpa memperkaya orang lain, “kita katakan manusia itu keliru”. Sehingga manusia hanya mampu berpikir yang sangat jenius tanpa melakukan tindakan secara serius, kepintaran manusia kadang hanya menjerumuskan pada jurang-jurang yang meluturkan rasa humanisme serta hakikat dharma di Indonesia yang dicita-citakan para pahlawan yang telah mendahului kita, menjadi manusia yang gotong royong, namun kadang menjadikebobbrokan dalam kecerdasaan pada generasi bangsa, serta hanya memiliki pemikiran idealis, yang hanya bisa memikirkan  akan dirinya untuk mencapai perayaan hidup yang dicita-citakan, tanpa memiliki rasa kemanusiaan.

Jika kita arif dalam memperhalus pendidikan bisa melihat Kota Metropolitan Ibu Kota Indonesia Jakarta, Indek Kemiskinan di Indonesia Badan Pusat Statistik BPS Indonesia semakin dalam dan semakin parah selama Periode September 2016- Maret 2017. Kepala BPS Suharyanto mengatakan, Indek kedalaman kemiskinan pada Maret 2017 mencapai 1,83, naik dari September tahun lalu yang hanya 1,47. Jakarta Kompas.com (17/7/2017). Hal ini terjaditidak kestabilan antara kehidupan manusia yang menjadikan diri manusia kurang rasa sadar dan tidak peka terhadap sesama manusia, banyak problematika yang menjadikan semuanya itu mengalami penurunan, akan tetapi manusia yang ada di atas yang memiliki amanah meminpin yang lemah, terkikisnya rasa simpati manusia disebabkan manusia yang hanya memikirkanintelektualitas dan integritas dirinya sendiri, dan melupakan akan siapa dirinya sendiri, hakikat manusia sebagai makhluk sosialhuman socity, seharusnya tidak lepas berpikir siapa akan dirinya sebenarnya dan akan kemana dirinya untuk hidup?, jika materialisme yang telah diberikan oleh Tuhan telah lebih dari cukup, harus benar-benar ingat, itu bukan sebuah kesuksesan manusia mencapai hidup di bumi.

Esensial manusia di bumi sebagai khalifah sebagai pemimpin, seorang pemimpin harus mampu memberikan sumbang asih terhadap manusia yang lain dan merasuki pada setiap sektor apa yang menjadikan dirinya sebagai bagian dari manusia itu, bukan sebagai apa yang akan dituntut dari manusia itu, sehingga manusia akan senantiasa berusaha, untuk bisa menjadikan dirinya bagian darinya, dan berpikir apa kontribusi pada manusia yang lain.Bukan hanya apatis akan dirinya pada manusia yang lain. Kesuksesan manusia hidup yang memiliki intelektualitas dan integritas tinggi dapat memecahkan setiap problematika dirinya sendiri dan membantu menyelesaikan problematika kehidupan orang lain, sehingga perspektif kita bukan dari materialis ataupun dari yang ada di dirinya, akan tetapi ketika manusia itu mampu berdikari dengan caranya yang dimiliki, tanpa merepotkan orang lain.

Sehingga bisa menyalurkan segala ide dan insprasinya seorang intelektual dapat menyelesaikan akan permasalahan yang ada pada dirinya dan pada problemtika orang lain, maka terciptalah sebuah tindakan yang terlahir dari ide manusia yang hebat dan memfungsikan pikiran dirinya untuk oang lain, dan membuktikan bahwa manusia yang terlahir dengan kudrot memiliki kelebihan dan kekurangan, dan dari kelebihan itu manusia mampu menciptakan sebuah pemikiran yang sangat membantu orang banyak, dikarenakan transformasi intelktualitas manusia difungksikan pada kepentingan orang banyak, selaras dengan tujuan negeri kita Indonesia yang memiliki dharma kita gotong royong, bersama-sama dalam melakukan sebuah hal, yang akhir-akhir ini tidak terlihat aromanya, hanya dengan menyatukan segala pemikiran, sehingga bertindak menciptkan sebuah revolusioner secara signifikasi.

Jika kita refleksikan segala fenomena yang ada dalam dunia nyata, terutama tentang Indonesia tercinta ini seorang Proklamator Kita Sukarno dalam melakukan segala hal untuk menciptakan sebuah tindakan revolusi yang dituggu oleh rakyat Indonesia dan para anak bangsa Indonesia yang masih dalam penjajahan Belanda dan Jepang. Semenjak, sebelum reformasi maka ada dari Guru Sukarno, HOS Cokroaminoto dan para pahlawan yang telah gugur mendahuli kita, yang bercita-cita ingin memerdekakan Nusantara muda ini menjadi Indonesia yang bebas dari penjajahan yaitu merdeka, akan tetapi semuanya gagal akan segala percobaan karena masih belim bisa menyatukan segala suku, budaya, dan agama yang ada di Indonesia, namun kita bisa melihat kesuksesan tersebut hanya pada diri Sukarno, dengan jiwa yang memiliki idealisme dan membaca realisme yang nyata dikehidupan pada masa 1945, ide itu sangat memberikan pengaruh besar dalam mencapainya kemerdekaan Indonesia ini, dengan cara menggabungkan segala suku, dan etnis, serta Agama-agama yang berbeda di Indonesia tidak memilah dan milih, Ulama, Kiyai, Pendeta, Atheis, dan sebagainya, dalam mencapai sebuah kesuksesan cita-cita rakyat Indonesia untuk merdeka, dan mencapai revolusi, serta mengumpulkan serta meminta segala masyrakat untuk saling menyatu dalam mencapai sebuah tujuan yang satu yaitu MERDEKA. Hal itu sebuah bukti idealisme yang bisa menciptakan sebuah revolusi sangat besar dengan mentransferkan segala idenya pada kepentingan bersama dengan tujuan sama.

Sehingga pada hari ini kaum intelktual manusia muda dan generasi bangsa bukan hanya bisa berfungsi pada dirinya sendiri, harus berjiwa menjadi bagian darinya, untuk bisa menyuarakan akan pengetahuannya, dengan cara bercita-citalah yang tinggi hingga kelak bisa menggantikan pahlawan yang telah tiada nanti, tetap dengan idealisme yang humanis, karena manusia pada dasarnya tidak hidup secara individu, banyak hal yang menjadikan refleksi diri, sebagai manusia yang bisa memberikan manfaat pada orang lain, sehingga tidak apatis terhadap apa yang ada dalam realita dan fenomena alam, kaum intelektual sebagai tolok ukur manusia untuk bisa lebih peka terhadap apa yang terjadi pada saudara-saudara kita terutama pada saudara muslim, dalam Al-Qur’an dijelaskan bahwa dalam syariat Islam ajaran yang mengandung mempererat persaudaraan dan solidaritas, hal ini membuktikan edukasi dalam islam telah ada “Sesungguhnya orang-orang Mukmin itu bersaudara. (QS. Al-Hujarat:10).

Jika mengaku Islam haram baginya seorang tetangga mencium aroma makanan kita, tapi kita tidak memberikan cicipan masakan yang kita masak, pada tetangga yang mencium aroma apa yang kita masak. Sangatlah jelas Islam telah memberikan edukasi tentang hidup yang memanusiakan manusia (Humanisme), sehingga apa yang menjadikan manusia itu akan lupa dengan esensi manusia, intelektual yang tidak didasari dengan rasa humanisme sehingga kesombangan manusia dalam melakukan segala hal tidak memiliki rasa yang halus terhadap manusia yang lain (apatisme), dan menjadi manusia idealis tanpa melihat realisme sosialis.



Akhmad
Mahasiswa FKIP-Unisma
Prodi Bahasa dan Sastra Indonesia
Universitas Islam Malang

Kamis, 07 September 2017

OPINI : Barisan Pemuda Penebus apakah Penerus?


Oleh : Akhmad

Barisan telah dirapatkan kaumlah muda masih tanda tanya, akan kemana dan akan seperti apa nantinya inilah proses perjuangan kaumlah muda bercita-cita, banyak mahasiswa baru dihadapan kita, banyak wajah-wajah baru, wajah baru bagaikan daun muda yang hijau, masa ini, di mana masa ini adalah masa di kembalikan seperti halnya anak kecil belajar berjalan lagi, wajah merona dari anak muda kaumlah muda mudi bagaikan Bisma dan Srikandi penerus bangsa dan terlihat wajah-wajah pemuda yang berbaris rapi di depan gedung-gedung tinggi menghiasi kampus yang mereka banggakan, raut wajah masih saja terlihat asing ketika masih belum mencicipi dunia kehidupan perkulihan yang sejatinya. Ada yang menggap bahwa Kampus yang meraka pilih adalah tempat menyogok Tuhan untuk memenuhi kehidupannya yang dikiblatkan, ada yang mengganggap jika Kampus adalah tempat Ia mendapatkan apa yang mejadi impian dan cita-citakannya menjadi orang-orang besar yang bergelar, ada yang menggap bahwa ini surganya kaumlah muda dalam merayakan kehidupan (tempat hidones).

Semua terlihat indah dari wajah-wajah pemuda yang memaksa dirinya untuk menjadi manusia yang lebih bermakna dalam memberikan apa dan bagaimana untuk dirinya sendiri dan pada nusa dan bangsa sehingga merasa dirinya akan menjadi bagian bukan berbicara posisi, namun berkomitmen akan menjadikan dirinya sebagai fungsi sebagai manusia yang senantiasa selalu berusaha menjadi manusia yang memperindah tempat yang dijadikan teduhan singgahan. Sehingga selalu merasa setiap bersinggah atau berteduh selalu merasa itulah tempat terindah dan menciptakan tempat itu lebih indah, sebagaimana naluri manusia diciptakan oleh Tuhan menjadi kholifah di bumi, menjaga dan merawat semua isinya sehingga dapat menciptakan dunia baru dalam menganggap dunia sebagai amanahnya sebagaimana harus bisa mengmbangkan dan menciptakan sebuah keindahan yang didasari dengan kecintaan.

Penebus Apakah Hanya Menjadi Penerus?
Penerus dan penebus bangsa akan berlomba-lomba dari sekian banyak teman yang memiliki cita-cita dan keinginan sedikit banyak hampir mirip, walaupun pada hakikatnya tidak akan lepas dari tujuan material kelangsungan hidupnya dari cita-citanya sama, serta ingin menciptakan dan merayakan kehidupan ini dengan rasa kesenangan, akan tetapi semua ini memiliki cara dan bagaimana melangkah dan menjalani sebuah proses yang menjadikan dirinya sebagai pemeran dalam dunia yang berada di temapat yang penuh sandiwara (dunia panggung sandiwara), menjalani bagaimana melakoni hidup ditempat manusia beritelektual yang sering disebutkan mahasiswa, sehingga akan merangkai, merumuskan kehidupan untuk kehidupan lebih baik, dan menjadikan langkahnya sebagai kaum muda yang memiliki integritas diri yang sangat tinggi dan menjunjung diri jika tiada yang lebih baik namun hal itu lebih identik memilih hidup yang lebih baik dengan cara melepasakan dirinya sebagai manusia yang pandai merumuskan kehidupan mempelajari apa yang  belum pernah dirasakan dan mempelajari bagaimana cara untuk bisa memakasakan dirinya keluar dari sendi-sendi kehidupan dirinya untuk mencari siapa dirinya apakah akan menjadikan dirinya sebagai penerus sendirinya, pada arah yang sejalan dengan sebelumnya, dan apakah akan memperjuangkan dirinya untuk sebagai penebus dirinya dan penebus dosa-dosa para pemimpin yang tak memahami arahnya revolusi diri dan revolusi negeri bangsa ini, maka seorang yang akan menemukan semua itu sebagai penerus dan sekaligus penebus, seharusnya daun muda bangsa pemuda Indonesia yang menyandang nama mahasiswa memiliki jiwa sebagaimana jiwa itu adalah sebagai penerus dan penebus, penerus untuk dirinya sebagai mempertahankan kebudayaan kearifan lokal dan kearifan modernisasi yang selaras dengan negeri bangsa Indonesia untuk dirinya, dan penebus untuk negeri serta menanamkan  naluri intelektual, spiritualitas sebagai tonggak pengukuh untuk dirinya dan negeri ini akan ke mana akan melangkah.

Wajah-wajah itu adalah memancarkan harapan tidak kepastian dan menemukan beberapa keadalian dari wajah baru mereka semuanya terasa sangat memberikan paras isyarat keberanian yang sangat bersih, akan tetapi esensial mahasiswa dengan wajah seperti itu akan memberikan jawaban pada tindakan (aksi) mereka nantinya bagaimana mereka berperan sebagai posisi apakah sebagai fungsi yang mereka bawa, dalam melakukan eksistensi, berekpresi memerakan lakonnya di dalam Kampus yang diharapkan akan menjadikan manusia yang lebih baik dan manusia yang lebih berarti, namun semua wajah-wajah itu terkombansi dalam pancaran naluri dari para mereka yang memaksa yang selalu ingin hidup dalam memerdekakan dirinya, dan memerdekakan orang lain, peran itulah sebagai bukti. Semua terpancar dalam wajah-wajah indah mereka dalam memaksakan dirinya keluar dari nalurinya sehingga menderitakan dirinya pada kepentingan bersama, sehingga itulah puncak dari keberhasilan dalam menempuh bahwa dirinya adalah kaumlah muda penerus dan penggerak dalam sendi-sendi dunia dengan memanusiakan manusia (Humanisme), terutama dalam memberikan peran terhadap masyarakat sebagai generasi bangsa yang akan dilatih sebagaimana menjadi seorang yang peka atas keadaan dan menjadi penyeimbang Negara Indonesia sebagai generasi emas bertindak dalam kebijakan dan penerus, penebus yang telah tidak sesuai dengan kehendak alam.

Esensial Mahasiswa

Sehingga seorang mahasiswa itu tidak lupa akan dirinya sebagai agent of change dan social control, sebutan keduanya itu jadikan renungan paling dalam sebagai awal masuk menjadi mahasiswa berkontemplasi dengan kedua sebutan itu terhadap mahasiswa, serta menanyakan pada dirinya apa, bagaimana, dimana, untuk menuanaikan kedua hal tersebut dan peran mahasiswa itu, memerankan dirinya pada siapa perubahan akan diciptakan, jika tidak merenungkan sejenak tidak akan memahami, perubuhan yang signifikan membentuk atau mengubah dirinya sendiri, dengan ilmu yang dipelajari akan pasti dan berarti dalam membebani dirinya sebagai perubahan indiviuaslis dan secara universal dan kontrol sosial terhadapa lingkungan hidup dan pada masyarakat terdekat serta meluaskan dirinya dalam memperhatikan pendidikan dalam berperan dalam hal positif yang aktif, peran itu akan didambakan oleh para masyrakat dan para pemimpin-pemimpin negeri yang telah mendahului kita, mereka sebagai pahlawan perjuangan. Sebagai mahasiswa juga harus tidak lupa akan dirinya pada Tri Darma Perguruan Tinggi yang menjadikan dirinya tinggi dan dijujung olehnya, bukan dijunjung oleh Perguruan Tinggi yang dijalani hari ini hingga nanti lulus mendapatkan sebuah nama tambahan yang dikemas dalam bahasa menyandang gelar yang menunjukan bahwa telah menjadi kaumlah intelektual tinggi disetigmakan memperoleh Ilmu seintisme, dan menemukan sebuah pemikiran-pemikiran baru tentang kosmologi, hanya yang terakhir apakah segala yang diperoleh memberikan kontribusi pada Tri Darma yang butir ketiga pengabdian pada masyrakat, memanfaatkan pengetahuannya mengkorelasikan pada kepentingan bersama dalam masyrakat terkecil hingga pada masyrakat terbesar, menciptakan sebuah gagasan dan tindakan dalam sendi-sendi berpikir yang elektis kreativ serta visioner, melunturkan pola pikir primitiv dalam paradigma kehidupan sosial masyarakat. Semua bentuk keberhasilan sebagai kaulah muda berilmu sebagai penerus dan sekaligus penebus Bangsa yang hiruk maruk dalam perjalanan  revolusi, semoga kita berada dibagian apa yang dicita-citakan dan diharapkan Tuhan.  


Rabu, 06 September 2017

Mahasiswa Bebaslah dengan Kekreatifan


Unisma Lpm Fenomena- Universitas Islam Malang (UNISMA) Masa Orientasi Mahasiswa Universitas Islam Malang (OSHIKA MABA) telah mencapai hari ketiga pelaksanaanya, dan pada hari punca tersebut, kampus yang berhaluan ahlusunnah waljamaah itu mengundang secara khusus Wakil Gubernur Jawa Timur Bapak Saifullah Yusuf untuk mengikuti apel pagi sekaligus penandatanganan Rekor Muri Unisma tahun ini  yaitu ribuan tanda tangan untuk Indonesia anti Radikalisme.

Setelah serangkain acara apel pagi selesai dilaksanakan, para Mahasiswa Baru (MABA) digiring menuju lapangan tengah untuk diperkenalkan kepada Unit Kreativitas Mahasiswa (UKM) yang berada di Unisma seperti, Seni Islami, Jamiatul qurro’ wal huffat(JQH), Pagar Nusa, Musik Gaung 193, dan beberapa yang lain.

Acara perkenalan tersebut berujung meriah, karena selain itu merupakan hal baru bagi para Maba juga sebagai hiburan dari serangkaian acara yang akan mereka tempuh setelahnya. Rasa energik dari seksi acara sekaligus semangat yang lambat laun tumbuh dikarenakan acara perkenalan tersebut dikemas dengan sangat menarik.

Selain acara tersebut mendatangkan seluruh UKM yang berada di Unisma, ada beberapa tamu undangan seperti Bapak Wakil Rektor tiga Badat Muwakhid dan beberapa tamu undangan lain dari luar Unisma sehingga bukan hanya para Maba yang merasa terhibur.

Meski pada tahun ini ada faktor menjadi kendala yang menghambat berjalannya kampung UKM tersebut dikarenakan Doom Kh. Hasym Asy’ari belum selesai, namun hal itu tidak membuat para kelompok UKM kehilangan inspirasi meski dengan lahan seadanya, kegiata-kegiatan dalam kekreatifan masih berjalan seperti halnya UKM KSR PMI, mereka sempat membuat reka adegan penyelamatan korban bencana alam dengan baik dan itu mendapat apresiasi dari para Maba tahun.


Kampus ialah sebagai lahan tempat mahasiswa berproses menjadi akademisi yang mumpuni dan berguna dimasyarakat, namun kita pun harus berproses diluar kelas dan keluar dari zona nyaman, seorang mahasiswa yang siap terjun ke masyarakat haruslah memiliki skill individu yang mumpuni dan selalu meminej waktunya tersita banyak untuk menjalankan itu semua, entah itu lewat UKM maupun Organisasi Mahasiswa Intra kampus dan Organisasi Ekstra kampus, intinya berproses karna proses tidak akan mengkhianati hasil.(IQ)

Antusias Maba di Akhir Oshika Maba


Unisma, Lpm Fenomena- Hari ini Universitas Islam Malang (UNISMA) 06/09/2017, hari ini masuk pada hari ke-3 dalam masa orientasi mahasiswa baru atau yang sering disebutkan Oshika Maba, pada hari ke-3 termasuk pada rangkaian acara terakhir dari kegiatan Oshika Maba 2017, namun kegiatan Unisma untuk mecetak generasi yang berkarakter yang baik dan bermartabat dengan pengetahuan, tidak berhenti di Oshika Maba akan tetapi ada rangkaian acara selanjutnya yang dikenal dengan Halaqoh Diniyah yang akan dilakukan setelah Oshika kegiatan ini menjadi pembeda dengan Universitas lain, bertujuan untuk membentuk generasi bangsa menjadi generasi yang memiliki speritualitas kokoh dalam keislaman, yang menjadi Kampus yang bersendi-sendi Islam yang toleran, nasionalis, humanis.

Dalam kegiatan ini antusias peserta Maba dalam menunjukan semangat menjadi mahasiswa Unisma rasa semangat yang ditunjukan itu bukti membawa perlengkapan yang sesuai dengan yang diintruksikan oleh pihak Kampus. Di dalam kegiatan ini dalam mengajak mahasiswa membentuk karekter menjadi mahasiswa yang berwawasan tinggi serta mandiri, inovatif, kereatif dan menjadi mahasiswa yang memiliki rasa cinta pada Indonesia, hal ini didukung oleh Kampus yang ingin menjadikan Mahasiswa Baru (MABA) ini menjadi regenerasi penerus bangsa Indonesia bukan hanya memiliki jiwa speritualistas keislaman yang beridiologi Ahlussunnah Weljemaah, tapi bercita-cita memiliki ideologi pancasila sebagai berwarganegara Indonesia menunjukan jiwa nasionaslisme tinggi dan tetap menunjukan bahwa NKRI harga mati, serta mengimplementasikan semua idelogi keislaman dan kewarganegaran didalam kehidupan, menurut Masykuri selaku Rektor UNISMA “mahasiswa UNISMA harus memiliki speritualitas Agama keislaman yang kuat dan harus tetap berjiwa pancasila serta NKRI itu final harga mati berbeda-beda suku, ras, dan budaya tapi tetap satu”, ujar dengan lantang dalam sambutan Oshika Maba 2017 pada hari ke-3 ini.

Dalam akhir dari kegiatan hari ke-3 dalam masa orientasi mahasiswa baru UNISMA bukan hanya diapresiasi oleh pihak birokrasi-birokrasi Kampus atau staf dosen dan kariyawan, mahasiswa lama, namun dalam kegiatan ini dapat apresiasi dan dihadiri olehWakil Gubenur Jawa Timur yang dikenal dengan sebutan Gus Ipul, dan Bapak Wali Kota Batu, serta dari pihak Kepolsek Songosari yang hadir di masa orientasi mahasiswa baru pada hari terakhir dalam melakukan kegiatan perkenalan Kampus. Di hari ke-3 Oshika Maba 2017 juga memiliki perbedaan dengan Tahun-tahun lalu, Oshika Maba kali ini Unisma lebih menunjung rasa keindonesiaan bahwa dalam hiruk maruk, ancaman rakdikalisme, terorime, yang mengncam NKRI yang sudah final, keadaan bangsa Indonesia mengalami alur yang bergelombang serasa tidak menemukan arah rillnya revolusi, sehingga generasi bangsa yang berada di Indonesia yang berkuliah di Kampus yang mengedapankan speritualis keislamaan yang kokoh di UNISMA lebih mempreoritaskan bahwa keagamaan sebagai tonggak kehidupan manusia dalam menghadapi peradaban dunia, yang pada era modernitas hampir luntur sendi-sendi keislaman, dan Unisma bercita-cita menjadi manusia berharkat martabat dengan pengetahuan dan Kampus menjadi wadah belajar menjadikan seorang manusia memanusiakan manusia humanisme, dari tujuan Indoensia menurut Gus Ipul dalam penyambutannya OSHIKA MABA 2017 “tidak salah mahasiswa baru berkuliah di kampus yang dibangun oleh para ulama-ulama yang memiliki speritualitas tinggi dan arif, sehingga berharap generasi ini sebagai penerus bangsa seperti para pendirinya UNISMA”, ujar dengan lantang dengan menyebutkan “Allah Akbar”.


Acara ini dilanjukan dengan penandatangan bendera sepanjang 50 meter, sebagai simbolis Unisma mendapatkan penghargaan rekor muri.Kampus Unisma ini bukan hanya memperoleh rekor muri yang selama Tiga Tahun didapatkan, namun hal ini juga memperoleh apresiasi positif sebagai kampus terbaik dari 100 Universitas yang berada di Indonesia, Unisma mendapatkan nomor urut 57 kampus terbaik, penghargaan ini dinyatakan oleh KEMRESTEK DIKTI. Dalam hal ini ditegaskan oleh Maskuri selaku Rektor Universitas Islam Malang dalam menyambut kedatangan Walgub Jatim “Ini sebagai bukti Unisma sebagai kampus yang oleh Kementrian Riset Teknologi sebagai salah satu Kampus terbaik swasta di seluruh Indonesia, bahwa ini bukan Pak Rektor yang berbicara, tapi Kemenristek Dikti, “Gus Ipul”, ujar tengan tegas dan tersenyum Maskuri Bakri.(AKH)

Meriahnya Oshika Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan


Malang - Mahasiswa Universitas Islam Malang (UNISMA) telah memasuki hari kedua Orientasi Mahasiswa Baru atau biasa disebut dengan OSHIKA MABA, dan pada hari kedua para mahasiswa baru digiring menuju fakultas masing-masing untuk diberikan pembekaln tentang dunia kampus yang akan mereka masuki setelah melalui fase ini.

Fakultas Keguruan dan Ilmu pendidikan (FKIP) yang menempati ranking kedua untuk mahasiswa terbanyak menyelenggarakan acara OSHIKA Fakultasnya di HALL OESMAN MANSYUR yang merupakan Hall kebanggaan FKIP, dan acara tersebut berlangsung dengan sangat meriah sekaligus disiplin, dikarenakan tidak sedikitnya Mahasiswa baru (MABA) yang dikenakan sanksi karena barang bawaan yang diperintahkan oleh Badan Eksekutif Mahasiswa Fakultas (BEM-F) tidak memenuhi syarat, namun meski demikian keceriaan yang terpancar dari wajah-wajah baru FKIP Unisma tidak luntur, mereka tetap semangat mengikuti serangkaian acara yang diselenggarakan BEM-F dari awal dari akhir.

Fitriya selaku Wakil Ketua BEM-F mengaku sangat bangga akan antusias yang dimiliki Maba tahun ini, “saya sangat bangga sekali akan semangat yang dimiliki oleh para maba tahun ini, karena memang selain angkanya yang bertambah banyak semangat mereka pun tidak kalah dengan tahun-tahun kemarin” ujar mahasiswa jurusan Pendidikan Bahasa Inggis tersebut.

Fitriya juga memaparkan Selain materi mengenai kefakultasan, para maba juga akan di paparkan mengenai materi bela negara sekaligus radikalisme yang sengaja ditangkan dari inisiatif BEM-F untuk mencetak kader-kader yang berjiwa nasionalis sekaligus tidak berfikiran subyektif, selain itu acara Oshika Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan juga menampilkan Icon baru mereka yaitu Putra FKIP 2016/2017 yaitu Yusril Fahmi Rosyadi untuk memberikan motifasi baru pagi para maba tersebut, khusunya dari kaum pria.

Dan mereka juga menampilkan saudara Ummi Latifah yang merupakan sepuluh besar dari DUTA UNISMA pada periode 2016/2017, yang juga memberikan sedikit dorongan semangat baru bagi para Maba Fkip Unisma, dan pada siang nya setelah rehat sejenak, BEM-f mengundang bintang tamu yang sangat menarik sebuah komunitas yang menamai dirinya dengan ‘GUBUK SASTRA’ menampilkan sebuah teatrikal puisi yang membuat para Maba terkagum-kagum akan penampilan mereka.

Dan setelah itu, semangat mereka kembali di’godok’ ulang oleh anggota Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia yaitu Ketua Rayon Al-Kandi yang bernama sahabat rossi. Semangat mereka yang sempat ‘down’ karna faktor lingkungan yang semakin memanas kembali bangkit atas pemantik dari saudara rossi tersebut.

Hingga pada akhirnya para Organisasi Mahasiswa Intrakampus (ORMAWA) yang sebanyak 7 Ormawa beserta Badan Semi Otonom (BSO) memperkenalkan diri mereka dihadapan sekitar empat ratus mahasiswa baru di Hall Oesman Mansyur, hingga para maba tersebut mengerti tentang struktural kampus yang sangat penting sekaligus yang akan menampung aspirasi mereka masing-masing.


Semakin tahun Unisma semakin di percaya rakyat Indonesia untuk menyerahkan putra-putri nya untuk berproses dengan baik di Universitas yang insya allah penuh barokah, dan harapan dari senior untuk para adek-adek junior adalah “semoga kalian membawa kebaikan untuk Universitas Islam Malang”(IQ)

Hari Kedua, Keterlambatan Peserta Oshika Lebih Tinggi


Unisma – Universitas Islam Malang  (UNISMA), dalam pelaksanakan Orientasi Kehidupan Kampus Mahasiswa Baru yang disingkat OSHIKA MABA, hari ini telah masuk ke hari yang kedua OSHIKA MABA. Pada hari kedua ini peserta Oshika masih saja ada yang terlambat, dari jumlah mahasiswa baru yang terlambat pada hari kedua kurang lebih dari 100 peserta Oshika Maba, ternyata jumlah tersebut lebih banyak dari hari pertama.Pada hari pertama Peserta Oshika Maba Tim Penegak kedisiplinan (Tim Sadis), mencatat pada hari pertama hanya ada 50 peserta Oshika Maba terlamabat, dan pada dalam keterlambatanpeserta oshika yang terlambat lebih di dominasi oleh mahasiswa laki-laki.

Tim Kesatuan Disiplin (TIM SADIS), sebagai penegak kedisiplinan pada masa orientasi kehidupan kmpus UNISMA, harus lebih extra dalam menghimbau mahasiswa baru mulai dari hari pertama, dan pada hari kedua ini masih tetap saja ada yang telat, Dikarenakan ada mahasiswa yang telat, mahasiswa baru yang terlambat mayoritas beralasan terlambat bangun dan mengerjakan tugas. Sanksi yang diberikan kepada mahasiswa baru yang terlambat berbeda, sesuai dengan kurun waktu keterlambatannya. Mahasiswa baru yang terlambat akan diberikan papan pelanggaran karena telah ada intruksi dari pihak Kampus jika hukuman untuk mahasiswa baru tidak diperbolehkan berupa hukuman fisik, sanksi yang diberikan tidak diperbolehkan sanksi fisik.


Sanksi yang diberikan berupa sanksi ringan, sanksi sedang, sanksi berat. Menurut salah satu Tim Sadis, Rita Purwanti, “ walaupun sudah diberi sanksi berat namun masih ada mahasiswa baru yang terlambat selama 3 jam”. Tim Sadis merasa jika hukuman yang diberikan itu tidak membuat mahasiswa baru merasa jera dan harapan dari Tim Sadis itu pada hari selanjutnya tidak ada lagi mahasiswa yang telat.(ICA)

Dunia Jurnalistik Sebagai Pelurus Bangsa dan Peluang Kerja Mahasiswa

Unisma-Fenomena, kehadiran Evi Rachmawati Wartawan Kompas di gedung Usman Mansur, Universitas Islam Malang UNISMA, Fakutas Kaguruan dan ...