Oleh : Akhmad
Barisan telah
dirapatkan kaumlah muda masih tanda tanya, akan kemana dan akan seperti apa
nantinya inilah proses perjuangan kaumlah muda bercita-cita, banyak mahasiswa baru dihadapan kita, banyak wajah-wajah baru, wajah baru bagaikan daun
muda yang hijau, masa ini, di mana masa ini adalah masa di kembalikan seperti halnya
anak kecil belajar berjalan lagi, wajah merona dari anak muda kaumlah muda
mudi bagaikan Bisma dan Srikandi
penerus bangsa dan terlihat wajah-wajah pemuda yang berbaris rapi di depan
gedung-gedung tinggi menghiasi kampus yang mereka banggakan, raut wajah masih saja terlihat asing
ketika masih belum mencicipi dunia kehidupan perkulihan yang sejatinya. Ada yang menggap bahwa Kampus yang meraka pilih adalah tempat menyogok Tuhan
untuk memenuhi
kehidupannya yang
dikiblatkan, ada yang mengganggap
jika Kampus adalah tempat Ia mendapatkan
apa yang mejadi impian dan cita-citakannya menjadi orang-orang besar yang bergelar, ada yang menggap bahwa ini surganya kaumlah muda
dalam merayakan kehidupan (tempat hidones).
Semua terlihat indah dari wajah-wajah pemuda yang
memaksa dirinya untuk menjadi manusia yang lebih bermakna dalam memberikan apa
dan bagaimana untuk dirinya sendiri dan pada nusa dan bangsa sehingga merasa
dirinya akan menjadi bagian bukan berbicara posisi, namun berkomitmen akan
menjadikan dirinya sebagai fungsi sebagai manusia yang senantiasa selalu
berusaha menjadi manusia yang memperindah tempat yang dijadikan teduhan
singgahan. Sehingga selalu
merasa setiap bersinggah atau berteduh selalu merasa itulah tempat terindah dan
menciptakan tempat itu lebih indah, sebagaimana naluri manusia diciptakan oleh Tuhan
menjadi kholifah di bumi, menjaga dan
merawat semua isinya sehingga dapat menciptakan dunia baru dalam menganggap
dunia sebagai amanahnya sebagaimana harus bisa mengmbangkan dan menciptakan
sebuah keindahan yang didasari dengan kecintaan.
Penebus Apakah Hanya Menjadi Penerus?
Penerus dan penebus bangsa akan berlomba-lomba dari
sekian banyak teman yang memiliki cita-cita dan keinginan sedikit banyak hampir
mirip,
walaupun pada hakikatnya tidak akan lepas dari tujuan material kelangsungan
hidupnya dari cita-citanya sama, serta
ingin menciptakan dan merayakan kehidupan ini dengan rasa kesenangan, akan
tetapi semua ini memiliki cara dan bagaimana melangkah dan menjalani sebuah
proses yang menjadikan dirinya sebagai pemeran dalam dunia yang berada di
temapat yang penuh sandiwara (dunia panggung sandiwara), menjalani bagaimana melakoni hidup ditempat
manusia beritelektual yang sering disebutkan mahasiswa, sehingga akan merangkai, merumuskan kehidupan untuk kehidupan lebih baik, dan
menjadikan langkahnya sebagai kaum muda yang memiliki integritas diri yang
sangat tinggi dan menjunjung diri jika tiada yang lebih baik namun hal itu
lebih identik memilih hidup yang lebih baik dengan cara melepasakan dirinya
sebagai manusia yang pandai merumuskan kehidupan mempelajari apa yang belum pernah dirasakan dan mempelajari
bagaimana cara untuk bisa memakasakan dirinya keluar dari sendi-sendi kehidupan
dirinya untuk mencari siapa dirinya apakah akan menjadikan dirinya sebagai
penerus sendirinya, pada arah yang sejalan
dengan sebelumnya, dan apakah akan
memperjuangkan dirinya untuk sebagai penebus dirinya dan penebus dosa-dosa para
pemimpin yang tak memahami arahnya revolusi diri dan revolusi negeri bangsa ini, maka seorang yang akan menemukan semua itu sebagai penerus dan sekaligus penebus, seharusnya daun muda
bangsa pemuda Indonesia yang
menyandang nama mahasiswa memiliki jiwa sebagaimana jiwa itu adalah sebagai
penerus dan penebus, penerus untuk dirinya sebagai mempertahankan kebudayaan kearifan lokal
dan kearifan modernisasi yang selaras dengan negeri bangsa Indonesia untuk dirinya, dan penebus
untuk negeri serta menanamkan naluri
intelektual, spiritualitas sebagai tonggak pengukuh untuk dirinya dan negeri
ini akan ke mana akan melangkah.
Wajah-wajah itu adalah memancarkan harapan tidak
kepastian dan menemukan beberapa keadalian dari wajah baru mereka semuanya terasa sangat memberikan paras isyarat keberanian yang sangat bersih, akan tetapi esensial mahasiswa dengan wajah seperti itu akan memberikan
jawaban pada tindakan (aksi) mereka nantinya bagaimana mereka berperan sebagai
posisi apakah sebagai fungsi yang mereka bawa,
dalam melakukan eksistensi, berekpresi memerakan lakonnya di dalam Kampus yang diharapkan akan menjadikan
manusia yang lebih baik dan manusia yang lebih berarti, namun semua wajah-wajah
itu terkombansi dalam pancaran naluri dari para mereka yang memaksa yang selalu
ingin hidup dalam memerdekakan dirinya, dan memerdekakan orang lain, peran itulah
sebagai bukti. Semua terpancar dalam
wajah-wajah indah mereka dalam memaksakan dirinya keluar dari nalurinya sehingga menderitakan dirinya pada kepentingan
bersama,
sehingga itulah puncak dari keberhasilan dalam menempuh bahwa dirinya adalah kaumlah
muda penerus dan penggerak dalam sendi-sendi dunia dengan memanusiakan manusia
(Humanisme), terutama dalam memberikan peran terhadap masyarakat sebagai
generasi bangsa yang akan dilatih sebagaimana menjadi seorang yang peka atas
keadaan dan menjadi penyeimbang Negara Indonesia sebagai generasi emas
bertindak dalam kebijakan dan penerus, penebus yang telah tidak sesuai dengan
kehendak alam.
Esensial Mahasiswa
Sehingga seorang mahasiswa itu tidak lupa akan
dirinya sebagai agent of change dan
social control, sebutan keduanya itu jadikan renungan paling dalam sebagai awal masuk
menjadi mahasiswa berkontemplasi dengan kedua sebutan itu terhadap mahasiswa,
serta menanyakan pada
dirinya apa, bagaimana, dimana,
untuk
menuanaikan kedua hal tersebut dan peran
mahasiswa itu, memerankan dirinya
pada siapa perubahan akan diciptakan, jika tidak merenungkan
sejenak tidak akan memahami, perubuhan yang signifikan membentuk atau mengubah
dirinya sendiri, dengan ilmu yang dipelajari akan pasti dan berarti dalam membebani dirinya sebagai
perubahan indiviuaslis dan secara universal dan kontrol sosial terhadapa lingkungan hidup
dan pada masyarakat terdekat serta meluaskan dirinya dalam memperhatikan
pendidikan dalam berperan dalam hal positif yang aktif, peran itu akan didambakan oleh para masyrakat dan para pemimpin-pemimpin negeri yang telah
mendahului kita, mereka sebagai pahlawan perjuangan. Sebagai mahasiswa juga harus tidak lupa akan dirinya pada Tri Darma Perguruan Tinggi yang
menjadikan dirinya tinggi dan dijujung olehnya, bukan dijunjung oleh Perguruan Tinggi yang
dijalani hari ini hingga nanti lulus mendapatkan sebuah nama tambahan yang
dikemas dalam bahasa menyandang gelar yang menunjukan bahwa telah menjadi
kaumlah intelektual tinggi disetigmakan memperoleh Ilmu seintisme, dan
menemukan sebuah pemikiran-pemikiran baru tentang kosmologi, hanya yang
terakhir apakah segala yang diperoleh memberikan kontribusi pada Tri Darma yang
butir ketiga pengabdian pada masyrakat, memanfaatkan pengetahuannya
mengkorelasikan pada kepentingan bersama dalam masyrakat terkecil hingga pada
masyrakat terbesar, menciptakan sebuah gagasan dan tindakan dalam sendi-sendi
berpikir yang elektis kreativ serta visioner, melunturkan pola pikir primitiv
dalam paradigma kehidupan sosial masyarakat. Semua bentuk
keberhasilan sebagai kaulah muda berilmu sebagai penerus dan sekaligus penebus
Bangsa yang hiruk maruk dalam perjalanan
revolusi, semoga kita berada dibagian apa yang dicita-citakan dan
diharapkan Tuhan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar