Minggu, 03 Desember 2017

Opini Kebebasan Dipertanyakan Kembali


alexas.com

Apa itu kebebasan?
Oleh Iqbal
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia
LPM Fenomena
 
“Zaman berubah, manusia berubah, akademik bertambah, dan kehidupan hanya sebatas koin berputar dalam arena tarung judi yang hanya menjadi tontonan para kaum borjuis yang menikmati wine dan wishki dingin di pinggir pantai”
2017 angka yang cukup tua bagi bangsa ini yang telah merdeka sejak tahun 1945, infrastruktur setiap tahunnya terus ditambah, para orang-orang besar pun ikut lahir dan makan dari tanah air merah putih ini, istilah gemah ripah loh jinawi masih melekat dalam batin bangsa dan menjadi identitas yang tak lekang dimakan panas dan tak lapuk dimakan hujan,.
Lintas luar negri semakin gencar-gencarnya membuka jalur menuju dunia baru bagi orang-orang hebat untuk unjuk gigi terhadap dunia. Karya,usaha,harapan,dan doa turut menyertai mereka yang tengah mengemban kata ‘perjuangan’ dalam bentuk apa pun asalkan membawa nama baik bangsa dan negara.
Lantas kemanakah itu semua? Rakyat kita masih sengsara, bangsa ini masih dipenuhi para tikus-tikus bejat yang masih setia beranak-pinak di kolong meja para pejabat, dari tahun ketahun masih kita temui para pengamen pengganggu jalan raya, para pengemis yang membuat iba para orang pemilik hati tuk menyisihkan sedikit rupiahnya untuk membantu menyambung hidup mereka, padahal kekayaan bangsa ini adalah “hak segala rakyat” itulah bunyi yang tertuang dalam undang-undang dasar 1945.
Lantas apakah itu hanya sebatas bulan? Pemanis bagi mereka yang setia merubah dan mengandemen ulang apa yang telahbrlaku? Padahal bukti nyata dari peraturan yang baru saa masih belum nampak, sudah merevisi yang sudah ada.
Rakyat memang memerlukan apa yang namanaya keadilan, namun jika para pemimpin diatas sana masih sibuk dengan mengubah dan mengobrak-abrik kata-kata dan lupa akan tugasnya sebagai pengemban amanah rakyat, lantas apa itu pemimpin? Siapa itu pemerintah?
Bukannya kita selaku rakyat berhak menuntut hak-hak kita sebagai warga negara yang sah, serta memiliki wewenang penuh untuk menagih janji-janji manis para pejabat diatas sana.
Jika zaman berubah, lantas apakah hak-hak rakyat juga harus berbanding terbalik?
Indonesia boleh memiliki ribuan anak sehebat arjuna maupun secantik srikandi, namun kita tidak bisa mengabaikan mereka yang masih menyandang status ‘sudra’ nya, pemerintah boleh menyumbang dana lebih besar untuk kemenangan dan kemapanan bangsa di kanca internasional, namun jangan sekali-kali lupa akan rakyat yang masih setia terseok-seok dibawah, yang masih setia mengais butiran beras ditanah untuk menyambung hidup.
Kita bangsa yang lahir dari darah perjuangan para rakyat nya, bukan hanya dari darah para pahlawannya saja, lalu jika pemerintah pura-pura tuli kepada para kaum sudra tersebut, lantas bukannya itu malah terkesan sangat menipu?
Kebutuhan bangsa ini akan perbedaan sangatlah penting sekaligus diperlukan dalam jangka panjang serta harus secepatnya.
Lantas perbedaan seperti apa yang dibutuhkan oleh bangsa indonesia? Hidup memang dinamis, kebebasan hanya dimiliki dalam kata-kata saja dan tertanam dalam benak mereka yang merasa menghirup arti dari kebebasan.
Namun bisakah kebebsan itu bisa dinikmati oleh setiap insan yang menemai diri mereka manusia?
Terlalu banyak pertanyaan sehingga memicu keambiguan, dan para pejuang tengah memperdebatkan apa yang dimaksud dengan keadilan serta mencari-cari apa itu ‘merdeka’ namun karna terlalu banyak berkutat memperdebatkan teori mereka seakan tuli dengan realita yang ada, mereka seakan enggan untuk menilik kenyataan yang sebenarnya dan beralih menjadi seorang akademisi pencetus teori saja.
Sungguh sangat disayangkan akan hal ini, namun kita selaku mahasiswa pemerjuangan lidah rakyat, serta tulang punggung bangsa untuk kedepannya, calon penggubah dunia agar menjadi lebih baik lagi. Diharuskan untuk semakin jeli dalam memilah dan memilih apa yang terbaik bagi kehidupan, seyogyanya jangan hanya mementingkan nasib sendiri yang berasal dari tanah perantauan melainkan juga harus membuka skemata yang lebih luas akan arti hidup yang sesungguhnya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Dunia Jurnalistik Sebagai Pelurus Bangsa dan Peluang Kerja Mahasiswa

Unisma-Fenomena, kehadiran Evi Rachmawati Wartawan Kompas di gedung Usman Mansur, Universitas Islam Malang UNISMA, Fakutas Kaguruan dan ...