Kamis, 19 Oktober 2017

Satu Tahun Gubuk Sastra

 

Smainus-Fenomena. Di manapun kita berada, selalu ada tempat untuk belajar. Dimana langit berpijak maka bumi tetap diinjak. Ketika sudah sangat banyak tempat belajar terutama dalam lingkup mahasiswa dan lingkungan kampus itu sendiri, maka saat itulah kita akan menentukan. Ingin mengembangkan diri atau tetap memilih aman dengan tidak mengambil kesempatan untuk belajar lagi. Dengan bertebarannya wadah untuk kita belajar saat ini, diantaranya Gubuk Sastra yang memberi kesempatan besar bagi siapa saja yang ingin berproses dan belajar bersama serta tidak membatasi anggotanya dengan latar belakang pendidikan atau asal, maka sangatlah disayangkan jika kita melewatkan kesempatan tersebut.

Gubus Satra sendiri adalah sebuah komunitas belajar yang menyatakan dirinya sebagai komunitas independent atau tidak terikat secara struktural dengan instansi manapun. kali ini Gubuk Sastra mengadakan giat untuk merayakan hari jadinya yang pertama, dengan mengangkat tema “Membangkitkan Jiwa yang Mati”. Membangkitkan jiwa-jiwa yang tidak bergerak dan tidak mencintai proses untuk mengembangkan potensinya. Padahal sastra adalah hal yang cukup menyenangkan. Selain itu, sastra juga mampu memberikan sisi edukasi yang cukup besar dalam kehidupan kita, dan juga memberikan pengaruh bagi setiap jiwa untuk bisa mengembangkan diri. Acara ini bertujuan untuk memberikan kontribusi terhadap potensi setiap jiwa yang ingin mengembangkan diri dalam menggeluti sastra. Ujar Sirot selaku Mc sekaligus salah satu satu bagian dari keluarga besar Gubuk Sastra.

Diumur yang masih cukup muda ini, Gubuk Sastra sudah berkomitmen untuk menghasilkan karya-karya, dimana karya tersebut memiliki nilai yang bermanfaat dan mampu melebur kedalam carut marut kehidupan dewasa ini. Karena dengan adanya wadah belajar atau komunitas sastra seperti ini, anggota bukan hanya bisa mengembangkan kemapuan dirinya sendiri (idealis) tapi juga dikembangkan dan diterapkan pada lingkungannya (Sosialis). Karena setiap ilmu dan pengalaman yang sudah kita miliki, akan percuma jika tidak kita bagi kepada mereka yang membutuhkannya. ucap Zainal Arifin salah satu panitia acara sekaligus anggota Gubuk Sastra.

Acara ini dibuka oleh penampilan dari siswa SMAINUS. Penampilan yang disuguhkan tidak kalah dari teman-teman mahasiswa yang mendominasi penampilan malam itu. Penampilan musikalisasi puisi yang dibawakan oleh siswa SMAINUS itu dikombinasikan dengan tarian balet khas budaya Indonesia, hal ini memberikan pandangan baru dalam sastra modern. Pembacaan puisi dari salah satu siswa tersebut mampu memberikan antusias kegembiraan kepada undangan dan penonton yang hadir.


Walapun saat acara Gubuk Sastra ini hujan tidak henti-hentinya mengguyur, Panitia Gubuk Sastra sangat bangga karena acara tersebut dihadiri oleh mahasiswa baru dan juga sarjana muda, serta mahasiswa S2 yang ikut larut menikmati malam sastra dalam memperingati satu tahun Gubuk Sastra ini. Penampilan akustik dari teman-teman Pendidikan Bahasa Inggris Unisma juga menghangatkan malam yang mulai dingin. Lagu demi lagu dibawakan oleh Akmal dan kawan-kawan. Lagu yang mampu menghipnotis para undangan serta mahasiswa yang mendominasi penonton dalam acara yang diadakan oleh komunitas Gubuk sastra.


Gubuk Sastra sendiri menampilkan dua konsep teatrikal puisi yang berbeda. Konsep yang dibawakan oleh anggota Gubuk Sastra ini tidak terlalu jauh dari kata “kematian”. Kematian yang diolah dan dikembangkan menjadi suatu penampilan yang cukup bermakna. Kematian akan jiwa generasi bangsa yang seharusnya mampu membawa perubahan positif di negri ini. Kematian akan jiwa yang terlalu lama larut akan nikmat dunia, sehingga lupa dengan tantangan yang harus dihadapi kedepan. 

Harapannya setelah komunitas ini berumur satu tahun, Gubuk Sastra bisa menjadi sebuah komunitas yang mewadahi setiap anggotanya untuk mengembangkan sastra, khususnya di lingkungan kampus sehingga mahasiswa yang dikenal sebagai generasi perubahan ini mampu memahami sastra lebih dalam lagi, mengaplikasikannya dan membawa manfaat serta membawa nilai-nilai positif untuk lingkungan disekitarnya. ujar mahasiswa Unisma yang sekaligus ketua umum Gubuk Sastra.

Oleh : Akhmad dan Hasbi

2 komentar:

Dunia Jurnalistik Sebagai Pelurus Bangsa dan Peluang Kerja Mahasiswa

Unisma-Fenomena, kehadiran Evi Rachmawati Wartawan Kompas di gedung Usman Mansur, Universitas Islam Malang UNISMA, Fakutas Kaguruan dan ...