Seminar Nasional Tantangan Bahasa
dan Sastra Indonesia Generasi Milenial
Foto: Rudi H |
Unisma, Fenomena. Kegiatan
seminar yang dilakukan oleh Himpunan Jurusan Prodi Bahasa Sastra Indonesia dan
kegiatan seminar nasional ini juga berkolaborasi dengan Pascasarjana. Dalam
menyukseskan acara pada Selasa 21/11/17, dilaksanakan di Hall Usman Mansur
meriahnya seminar ini sangat penuh serta antusias mahasiswa Bahasa Sastra
Indonesia, namun bukan hanya dari jurusan yang ikut serta, di luar jurusan
Bahasa Sastra Indonesia ikut mendatangi. Seminar yang diangkat kali ini
bertemakan “Tantangan Bahasa dan Sastra Generasi Milenial”, dengan tujuan bahwa
pada era sekarang bahasa dan sastra
Indonesia menjadi Tantangan dikarenakan
maraknya perkembangan zaman terutama digitalisasi. Sehingga kegiatan
seminar ini dapat memberikan sebuah pandangan baru serta memberikan sesuatu
cara bagaimana menyikapi perkembangan zaman ini dengan terus melestarikan
budaya kita, khususnya di jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia.
Dengan
pemateri yang sudah arif dalam perkembangan bahasa dan sastra yaitu Prof. Dr.
Djoko Saryono, M. Pd. Serta pemateri kedua Jamal D Rahman Pimred Majalah Horison
sekaligus Sastrawan. Dengan adanya kedua pemateri yang sangat berpengalaman
dalam bahasa dan sastra Indonesia, dapat memberikan pandangan baru pada dunia
bahasa dan sastra Indonesia, serta dalam dunia pendidikan memberikan aroma
baru, serta memberikan cara baru dalam
mendidik peserta didiknya. Serta generasi bangsa mampu melestarikan
bahasa dan sastra Indonesia karena, bahasa dan sastra adalah menjadi bagian
dari budaya kita di Indonesia, serta tetap eksistensi dalam berbahasa
Indonesia. Maka acara ini dengan resmi dibuka oleh pimpinan prodi bahasa
pascasarjana Universitas Islam Malang Prof. Dr. Ir Agus Sugianto. St,. Mp.
Acara
seminar ini banyak memicu pertanyaan dari dalam benak dengan tema yang diangkat,
salah satunya peserta yang datang dari luar Unisma yaitu Bapak Yanto Dosen IKIP
Budi Utomo Malang, berpendapat sangat apresiasi dengan adanya kegiatan seperti
seminar bahasa sastra indonesia, untuk memperluas pengetahuan mahasiswa, karena
pentingnya bahasa dan sastra, bahwa dengan sastra bapaknya berpendapat bahwa
mahasiswa bisa berkarya dengan bahasa mahasiswa bisa memiliki cara mencerminkan
kekayaan budaya Indonesia. Ujar Bapak Yanto yang datang sebagai peserta seminar
nasional, ketika diwawancarai oleh anggota Lpm Fenomena, sambil mendengarkan
apa yang disampaikan oleh Pak Djoko Saryono tentang generasi milenial.
Foto: Rudi H |
Pertanyaannya
Apa Generasi Milenial Dalam Pandangan Kedua Pemateri
Generasi
milenial ialah manusia yang lahir pada tahun 90an, dan bisa dikatan juga
generasi Z, dan di Indonesia ada 3 generasi salah satunya ialah generasi
milenial dan generasi bunga, yang tidak memiliki pemikiran sebentar dalam
melakukan hal yaitu persepsi dalam melakukan hal. Perubahan dahsyat yang
mendasar yang sedang melanda dalam kehidupan kita. Bahwa dalam bahasa dan sastra
memiliki perspektif dan persepsi serta, generasi sekarang memiliki mainan baru
para era milenial yaitu google sehingga sumber pengetahuan bukan saja dari
seorang guru. Hal ini menjadi ancaman bahasa dalam moral manusia dan menjadi
sesuatu angin digital yang menjadi ancaman, yang melanda dalam kehidupan era
milenial yang diistilahkan oleh Djoko Saryono terjadi tsunami digital,
perubahan sekarang sangat luar biasa, khususnya dunia informasi sehingga bahasapun
memiliki peran dan menjadi tantangan baru dalam cara tutur kepada sesama, yaitu
bahasa yang digunakan dalam sosmed memiliki cara berbeda dengan wacana secara
langsung. Ujar dalam penyampaiannya Prof Djoko Saryono.
Dinamika yang
disayangkan pada abad ke 21 yang ditandai dengan internet serta yang memasuki
era milenial, mengalami revolusi drastis yaitu revolusi digital, sehingga kita
harus lebih berpikir keras tentang bagaimana kebudayaan kita, kemabali dengan
eksistensi yang berbeda dengan menggunakan bahasa dan sastra indonesia, sebagai
alat kita untuk bisa membumikan budaya kita, dalam perkembangan digitalisasi
sehingga mampu beradaptasi dengan kemajuan, sehingga seorang dosen, guru mampu
memanfaatkan kemajuan, tanpa mengurangi moral berbahasa serta lunturnya budaya
Indonesia.
Serta perkembangan
teknologi dapat memberikan dampak negatif pada manusia yang dianggap pada
generasi milienial ini, menurunya rasa saling menghargai dan menghormati sangat
miris dalam ajaran-ajaranya atau ideologinya, khususnya dalam ajaran Agama
Islam. Sehingga generasi milenial pada zaman sekarang, meninggalakan cara-cara
lama, dalam sikap serta dalam memperlakukan. Contoh pada sekarang banyak anak
yang di dalam fitur/aplikasi gawaynya ada Alquran, akan tetapi beberapa oknum
tidak peduli dengan itu semua itu, ketika tidak memiliki wuduh mereka akan
tetap menggap tidak ada permasalahan, bahkan dalam kehidupuan sudah dijelaskan
jika dalam Islam tidak diperbolehkan memegangnya. Hal itu memicu lunturnya
budaya manusia, hal itu bagian dari substansi moral, budaya, yang hampir luntur
pada era milenial. Khususnya pada generasi Y, yang sudah dicekoki dengan
digitalisasi sejak dini. Serta dalam hal ini sebagai generasi milenial yang
kita mampu membiasakan sesuatu hal yang baik, yang ada di masa lampau, maka
harus memulai untuk meninggalkan sesuatu hal yang tidak relevan dengan
kehidupan sekarang. Sehingga manusia butuh cara untuk beradaptasi dengan
perubahan namun tidak meninggalkan kebiasaan yang baik pada masa lampau untuk
dilestarikan dalam kehidupan kita sehari-hari, ujar Sastrawan sekaligus Pimred
Majalah Horison.
Sehingga dalam
membudayakan bahasa dan sastra Indonesia perlu juga seorang guru, dosen
memberikan stimulus dalam proses belajar mengajar. Karena internet dan google
tidak dapat memberikan cara efektif dan memotivasi, sehingga efektifitas
membudayakan bahasa dan sastra Indonesia lebih bermakna dalam memberikan
pembelajaran. Peran seorang guru atau dosen membantu perkembangan dalam
membudayakan bahasa dan sastra indonesia di era milenial sangat diperlukan.
Sehingga hasil dalam pendidikan dapat ditentukan melalui hasil dari karya
seseorang. Sauti Ningsih Dosen Bahasa dan Sastra UMM saat memberikan pertanyaan
pada kedua pemateri.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar